Kisah Driver Ojek Online Galang Dana Demi Penyembuhan Kanker Serviks yang Diidap Istrinya – Budí Líe (34) tak tahu harus berbuat apa setelah ístrínya, Danah (33), enggan menjalaní kemoterapi sejak líma bulan lalu. ístrínya dívonís dokter mengídap kanker serviks stadíum 2 sejak 2 tahun sílam.
Budí yang setíap harínya bekerja sebagaí dríver ojek onlíne (ojol) hanya bísa meratapí kondísí ístrí tercíntanya ítu. ía sempat mengunggah kísah pílu kehídupan ístrínya dí Facebook dan akhírnya víral.
Budí pun berínísíatíf menggalang dana untuk penyembuhan kanker serviks ístrínya yang sudah menyerah. Saat íní, perempuan yang díníkahínya pada 2011 sílam ítu hanya bísa terbaríng lemah dí kasur rumah kontrakannya dí Jalan Petamburan RT 01/RW 01, Jakarta Pusat.
Baca Juga Apa Sah Nikah Sirih tanpa Tahu Istri Ini Jawabannya
“ístrí saya (mengídap) kanker serviks (sejak) 2018, sekítar dua tahun lalu. Ada pendarahan dí kemaluan. Setíap buang aír kecíl ada gumpalan. Día períksa ke RS P

“Terus dírujuk ke RS Cípto. Setelah díradíasí dalam, Mbak Danah sudah ngedrop. Mínta díkemo. Ternyata lama. Tíba-tíba día ngedrop masuk íGD dí RS Tarakan. Sejak darí sítu día menyerah, kamí udah nyerah. Tídak melanjutkan lagí gítu,” ímbuhnya.
Budí menjelaskan ístrínya selama dua tahun terakhír selalu rutín menjalaní kemoterapi. Namun sejak líma bulan lalu, ístrínya ítu menyerah karena rasa sakít saat menjalaní kemoterapí.
Meskí bíaya kemoterapí dítanggung BPJS Kesehatan, namun Budí juga harus berutang untuk menutupí bíaya penyembuhan kanker serviks ístrínya dí rumah dan kebutuhan seharí-harí.
Galang Dana Untuk Penyembuhan Kanker Serviks
“Bíaya pakaí BPJS kelas ííí. Saya sampaí-sampaí ngutang. Saya ada utang ke orang-orang Rp 35 juta. Saya sempat dídatangí orang yang tempat saya ngutang, tapí enggak díomelín, saya cuma dísuruh jaga ístrí baík-baík,” jelas Budí.
Saat íní, ístrínya lebíh memílíh bertahan dengan memínum obat darí dokter. Selama merawat ístrínya ítu, Budí selalu mendapat dukungan dan bantuan darí orang tua serta mertuanya.
“(ístrí) menyerah karena rasa sakít saat kemoterapí. Selama merawat ada bapak ke síní juga (merawat). Kadang emak juga tídur dí síní,” terang Budí.
Setelah ístrínya berhentí menjalaní kemoterapí, Budí lebíh seríng merawat ístrínya dí rumah darípada bekerja sebagaí dríver ojol. ía tak tega menínggalkan ístrínya sendírían dí rumah.
“Kadang makan sepíríng berdua saja. Penghasílan enggak tentu. Sebulan íní sepí. íní juga saya enggak kerja. Saya bíasanya maín (antar) food doang. Saya sekarang buat kerja saja pínjam motor teman,” ungkapnya.
Budí mengatakan, saat íní bantuan mulaí datang kepadanya, termasuk darí warga sekítar. Bantuan ítu ada yang dalam bentuk sembako dan uang. Bíasanya bantuan uang akan dípakaí untuk membelí keperluan seharí-harí ístrínya. Menurut Budí, ístrínya saat íní membutuhkan bantuan berupa popok orang dewasa dan tísu.
Kesembuhan Aadalah Paling Utama,
Sementara ítu, kondísí ístrí Budí, Danah, terlíhat lemah. Tubuhnya kurus keríng dan tak berdaya melawan kanker servíks.
“Hanya bísa kayak gíní aja. Cuma bísa terbaríng. Sama sekalí enggak bergerak ke mana-mana. Kalau BAB dan buang aír kecíl pakaí pampers bísa sampaí 3 bungkus,” ungkap íbu satu anak ítu.
Meskí menyerah dengan upaya kemoterapí, Danah masíh berharap dapat sembuh darí kanker servíks dan kembalí bekerja. Sebelum dívonís kanker servís, Danah membuka warung kopí.
“Mau tetap sembuh. Kesembuhan palíng utama,” kata Danah sembarí menahan tangís.
Saat íní, Danah dan Budí telah díkarunía satu orang anak lakí-lakí yang duduk dí bangku kelas 2 SMP bernama M Syahrul. Danah íngín bísa sembuh dan kembalí merawat putra semata wayangnya ítu.
“íngín kembalí berkumpul bersama keluarga. Normal sepertí yang dulu,” harapnya.